Senin, 15 Agustus 2011

The Importance of Mentorship


Didalam hidup kita ada 5 pertanyaan yang seharusnya kita sudah punya jawabannya, kalau yang belum tau jawabannya bertobatlah ;p he he he ,.. kalau yang belum tau jawabannya sudah saatnya untuk berfikir keras dan mejawab dengan sejujur-jujurnya

1.       Pada saat melakukan kegiatan apa kita merasakan rasa puas/ berguna ?
2.       Dalam situasi apa kita merasakan rasa puas/berguna ?
3.       Pada saat melakukan kegiatan apa kita merasakan tertekan dan tidak berguna ?
4.       Dalam situasi apa kita merasakan perasaan tertekan dan tidak berguna ?
5.       Kira-kira langkah apa yang perlu kita lakukan untuk mengatasi point 3 dan 4 ? 

Jawaban pada point 1 dan point 2 menunjukkan sisi kuat kita, dan hal – hal yang senang kita lakukan, point 3 dan 4 menunjukkan sisi terlemah kita dan point 5 menunjukkan kegiatan apa yang bisa membangun diri kita kearah yang lebih positif

Rangkaian jawaban dari point 1 hingga point 5 akan membantu diri kita untuk melihat arah development yang bisa kita tempuh, suatu arah yang progresif yang terus menerus membangun diri kita.

Apapun jawabannya di point 1 dan 2 harus dilihat dari sisi positif, mungkin ada yang jawab dengan maksud bercanda untuk pertanyaan point 1 : Makan, maka gw akan mengusulkan mungkin pekerjaan yang cocok bagi dia adalah koki, atau journalis kuliner, dan banyak lagi, jadi jawaban sekonyol apapun asalkan jujur adalah jawaban yang benar, jangan meremehkan “letupan-letupan” kecil tersebut, sekonyol apapun.

Kita pasti sering tidak merasa nyaman atau bingung dengan jawaban2 konyol dan serius kita sendiri, karena itu kita butuh mentor didalam hidup kita, mentor adalah orang yang bisa menjadi narasumber yang memberikan kita berbagai masukan untuk menjadi bahan pertimbangan kita
Didalam hidup kita, kita butuh 3 mentor

1.       Mentor Sejawat atau mentor pertemanan
2.       Mentor Karir
3.       Mentor Kehidupan

Mentor Sejawat atau mentor pertemanan adalah teman sepermainan kita yang kita pandang lebih dewasa dari kita, teman ini bisa memberikan masukan-masukan yang membantu kita dalam menimbang berbagai hal didalam kehidupan kita

Mentor Karir adalah seseorang yang kita pandang mempunyai karir lebih berhasil dari kita, bisa saja atasan kita atau teman kita yang sudah lebih dahulu memiliki pengalaman kerja lebih banyak dari kita

Mentor Kehidupan adalah seseorang yang kita pandang lebih bijaksana dan mempunyai pengalaman hidup yang lebih dari kita, seseorang yang kita pandang bisa menunjukkan kita kehidupan seperti apa yang perlu kita capai

Fungsi dari tiap mentor ini pun berbeda-beda

Mentor Sejawat adalah tempat kita menceritakan dan mencari solusi terhadap berbagai permasalahan sehari – hari kita, permasalahan – masalahan yang tidak terlalu berat tapi cukup menganjal di hati kita.

Mentor Karir adalah tempat kita mencari arah didalam karir / pekerjaan kita, pertanyaan – pertanyaan seperti : apakah sekarang saat yang tepat untuk pindah kerja ? apa saja tugas seorang manajer ? apakah gw bisa jadi seorang manajer ?, apa saja kesempatan lain yang terbuka diluar sana ? Bagaimana cara untuk mengatasi bos yang sulit ?

Mentor Kehidupan, adalah tempat kita mencari keseimbangan dalam hidup kita, pertanyaan – pertanyaan seperti , keluarga seperti apa yang ideal ?, bagaimana cara mendidik anak, bagaimana cara kita memelihara orang tua dan anak – anak kita, bagaimana cara kita berperan didalam agama kita, dll

Setiap manusia tidak bisa hidup sendirian, setiap orang perlu memiliki mentor, di beberapa perusahaan mentor sejawat dan mentor karir biasanya diberikan secara otomatis melalui struktur dan proses HRD, walau demikian kita perlu mencari 3 macam mentor ini didalam hidup kita.

Mentor kita penting untuk memberikan kita berbagai masukan agar kita tidak selalu trial and error sendirian, namun perlu diingat kita bertanggung jawab terhadap hidup kita sendiri, bukan tanggung jawab mentor, jadi apapun hasil dari tindakan kita dengan atau tanpa masukan mentor ,itu adalah tanggungjawab kita sendiri.

Have Fun in Live and Find your Mentor

Selasa, 09 Agustus 2011

Part 5 - Social Capital, it could make your life much easier

Kita pasti sering ketemu kasus dimana kita melihat dan merasakan sendiri, kok ide-ide gw di tolak mentah – mentah tapi ide yang sama diutarakan oleh orang lain diterima, atau sering kita merasakan, kok individual A diberikan kepercayaan yang sedemikian besar padahal dia biasa-biasa aja, sedangkan individu B yang pinter dan memiliki kompetensi yang tinggi seakan-akan dicuekin, atau kita sebagai karyawan baru susah bener untuk minta tolong sama karyawan lain yang sudah lebih lama dari kita.

Jawaban dari pertanyaan diatas adalah, mereka memiliki “Social Capital” yang berbeda2

Banyak definisi Social Capital dan bisa di cek di Wikipedia.org untuk tahu berbagai definisi Social Capital, gw punya definisi sendiri, sebelum gw tau ada istilah Social Capital gw menyebutnya “Sphere of Influence” yang pada intinya adalah sama : Seberapa besar pengaruh kita/individu/organisasi untuk menggerakkan seseorang/organisasi untuk melakukan sesuatu/mencapai sesuatu
Mekanisme Social Capital kurang lebih seperti ini :


 Pada intinya seorang individu atau organisasi yang bisa menciptakan Trust sesama mereka dan menjalankan komunikasi yang efektif akan pada akhirnya mengakumulasikan social capital yan cukup untuk menggerakkan individu atau organisasi untuk mencapai tujuan individu atau organisasi

Jadi sudah pasti, semakin besar Social Capital kita semakin mudah kita menggerakkan sebuah komunitas untuk melakukan sesuatu, atau pada level yang paling rendah semakin mudah kita untuk minta tolong kepada orang lain.

Sama halnya dengan “capital” didunia fisik, modal perlu di maintain, sebuah capital dapat bertumbuh kembang dengan baik ketika terjadi hubungan timbal balik yang menguntungkan, dalam arti “I scratch your back you scratch my back” bila ada 1 pihak didalam komunitas kita yang merasa dirugikan dengan kehadiran kita maka social capital kita tidak akan bertumbuh atau malah bisa berkurang

Persepsi semakin banyak teman semakin bagus,melemahkan social capital kita, karena modal “capital” kita  akhirnya  “spread to thin” tersebar sehingga tipis, karena social capital kita tersebar terlalu tipis akhirnya social capital kita tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk bertumbuh dan memberikan benefit bagi kita, kita perlu menyeimbangkan antara penyebaran dan kedalaman social capital kita, pilihlah beberapa komunitas yang memang strategis – yang memberika benefit paling besar untuk pencapain tujuan kita – lalu investasikan social capital kita dengan kedalaman yang cukup, sehingga bisa bertumbuh kembang dan memberikan benefit kepada kita.

Social Capital dibangun dengan berusaha untuk menciptakan level of trust dan komukasi yang tinggi, level of trust dan komunikasi perlu dibangun dengan memperhatikan :



1.       Perhatikan dinamika group – seperti hirariki didalam group siapa yang menjadi figure otoritatif (dituakan), bagaimana cara pengambilan keputusan, siapa saja yang mempunyai sumberdaya (ketrampilan, uang, network etc)
2.       Perhatikan Norma – norma yang berlaku didalam group tersebut, - jangan berusaha untuk menciptakan revolusi terhadap norma-norma tersebut
3.       Perhatikan cara tiap individu berinteraksi – frekuensi mereka bersama, kata2 yang disampaikan, dll
4.       Setelah memperhatikan dan mengetahui cara “bermain” didalam group tersebut, mulailah berpartisipasi didalam group tersebut
5.       Partisipasi tersebut bertujuan untuk menciptakan trust terhadap kita atau organisasi yang hasilnya adalah pemupukan Social Capital.

So layaknya modal fisik yang dicari-cari oleh semua orang di dunia ini, demikian pula dengan Social Capital yang dicari-cari oleh semua orang

Kehidupan Pekerjaan pun sama seperti itu, tingkat social capital didalam dunia kerja berbeda-beda dari satu orang ke orang yang lain, kita perlu bisa melihat siapa di lingkungan kerja kita yang memiliki social capital terbesar dan layaknya gula yang selalu dicari oleh semut, kita harus bisa menggunakan social capital tersebut untuk mencapai tujuan kita, dan dalam waktu yang sama menggunakan hubungan tersebut untuk menaikkan social capital kita juga.

Untuk mencegah terjadinya “bubble burst” didalam kehidupan social kita, bangunlah social capital kita atas dasar : kompetensi, prestasi, keterbukaan dan mutual benefit, jangan dibangun atas dasar manipulasi dan egosentris. Sebuah modal hanya  bisa bertumbuh kembang dengan baik bila dibangun atas dasar yang benar.

Sama seperti api, pengetahuan atas social capital bisa membangun sebuah komunitas dan membuat komunitas tersebut mencapai tujuannya dengan lebih cepat, atau bisa malah meruntuhkan komunitas tersebut.

Kehidupan pekerjaan adalah sebuah medan perang memperbutkan pengaruh (influence) dan sama seperti sebuah perang, negara dengan modal terkuat akan mempunyai peluang lebih besar untuk menang, social capital adalah salah satu modal kita didalam medan perang tersebut. – How bad it may sounds, I’m just telling you the truth-

Grow your social capital, grow your professional competency, achieve your company goals - this is the corporate monster –

Selasa, 02 Agustus 2011

What if … (kayaknya gw puber lagi neehh…)


What if … gw jadi pindah agama waktu gw 3 SD
What if… gw ikut temen2 gw apply beasiswa Nanyang waktu SMA and diterima
What if… gw ambil offer kerja di UT and di kirim ke Kalimantan
What if… gw tetep di usaha pertama gw and stay sampe sekarang
What if … what if… what if…

What if.. what if.. terus bergaung di kepala gw,
Bahkan sampe terbayang …Tuhan datang ke gw, dengan segala kemegahannya, sinar putih yg menyilaukan mata, lalu malaikat di sampingnya sambil diiringi backsound suara music surgawi, lalu ketika Tuhan menjejakkan kakiNya didepan gw tanah pun bergetar, lalu Dia tanya ke gw “Lu gak PUAS sama hidup lu ? kalo gak puas bilang aja !”.. eing ing eng… jantung pun berdebar, keringat segede jagung pun bercucuran dengan dengan muka cool gw akan menjawab “puas kok…puas… makasih ya for everything,.. makasih..”

“ssuuiiirrtttiiuuppp” (maksudnya suara backsound reply) back to reality .. gw bukannya gak puas dengan hidup gw, gw Cuma lagi merasa, ada yang kurang seru dengan hidup gw, it’s all to plain,.. terlalu datar, udah lama juga gw gak nemu excitement, something that excite me,..
Excitement yang membuat gw bangga, excitement yang bisa gw share ke orang-orang, I don’t have that excitement.

So.. mulailah pencarian gw terhadap “apa sih yg bisa bikin orang merasa excited in life” and hasil dari pencarian gw di internet adalah “BORING”!!!, none of those books and web articles helps !!! so I’m starting my own steps *dengan tangan di pinggang dan dada di busungkan* walau gw tau mungkin orang lain akan bilang step2 gw boring

RULE #1 - LET’S PLAY !!!
Playing is nature learning engine !!!, gak tau kapan persisnya kayaknya waktu persisnya ketika gw mulai masuk sekolah, disaat itu pula gw berhenti belajar dan mulai di hipnotis !!, semua binatang dan juga evolusi peradaban manusia dimulai dari bermain!, Bermain adalah cara alam ini mengajar dari bermain kita menemukan masalah2 baru dan masalah2 baru menimbulkan kreativitas, kreativitas menghasilkan solusi, dan solusi menghasilkan kebanggaan, kebanggaan menghasilkan rasa PUAS :D

RULE #2 – FACE THE RISK, WHAT DOESN’T KILL YOU WILL ONLY MAKES US STRONGER
Resiko  adalah hal yang paling kita hindari, tapi sebetulnya kalo dipikir2, kapan sih dari resiko yang kita tempuh yang bisa berujung pada kematian ? atau berujung pada kehancuran nama baik kita ? selama resikonya masih kecil2 seperti , dicibir, resiko nyasar, resiko capek, ngulang kerjaan, dkk, let’s face the risk and lets Play (experiment) dengan hal-hal yang baru .. Face the Risk !! asal gak ada yang mati semua masih ok kok

RULE #3 – GET INVOLVE IN SOMETHING AND GET CONNECTED
Siapa yang gak suka punya temen baru, so get connected, aktif di komunitas – komunitas, kalo gak nyaman ketemu temen baru, mulailah kontak2 temen2 lama, ngumpul, talk about something, bikin project bareng, n jalani bareng,.. getting connected and involve in something that matters to you, will bring you to a new level of satisfaction :D – tapi dari pengalaman pribadi gw, too much involvement juga gak bagus, karena akan jadi rutinitas and lu akan bosen juga pada akhirnya

RULE #4 – FACE THE CHALLENGE  TO LEARN NEW SKILL
Kembali ke topic Let’s Play, lihat dunia ini sebagai sebuah permainan dan didalamnya ada tantangan yang perlu dihadapi, gak perlu takut sama resikonya hadapi aja, selesaikan tantangannya dan dapatkan skill- skill baru, jangan liat skill – skill yang gede2 banget kayak bisa masak kue tart 5 tingkat dengan hiasan cupid nungging diatas kue, atau bisa mendulang emas dalam 3 langkah sederhana dari sungai terdekat, bukan skill2 ngejelimet yang kayak gitu, kita belajar skill2 kecil yang simple seperti ketemu cara baru untuk presenting our ideas ke orang lain, skill baru didalam mencari rute baru pulang ke rumah,skill baru didalam mengusahakan lunch gratis di kantor, dll

RULE#5 – TAKE ACTION NOW !
And the last rule is, get your eyeball away from the computer and start exploring the world ! go PLAY somewhere !! hussshh !! hussshhh !! *gaya ngusir kucing di warteg sebelah kantor*

The world is my playground