Kemarin malam, dibawah temaram sinar bulan, gw dan teman gw terlibat dalam sebuah perbincangan yang cukup seru, disela-sela kita menyelesaikan berenang 700 M kita, gw dan temen gw berdiskusi mengenai sebuah statement yang sering dibawakan di khotbah2 gereja dan persekutuan2, bahwa supaya kita tampil istimewa dimata Tuhan dibandingkan dengan 6 Milyar Manusia lainnya, maka kita harus memberikan persembahan yang terbaik untuk Tuhan, dan salah satu tanda bahwa persembahan yang kita berikan tersebut sudah terbaik adalah dari berapa besarnya pengorbanan kita, semakin sakit dan berat hati kita dalam melakukan pengorbanan tersebut makin bagus persembahan kita dimata Tuhan, teman saya menggunakan perumpamaan Janda Miskin yang mempersembahkan 2 peser yang merupakan segenap nafkah janda miskin tersebut untuk hari itu (Markus 12:42-44)
Mendengar comment temen gw, gw gak setuju, menurut gw gak ada hubungan positif yang bisa dibangun dengan hal yang negatif, menurut gw defenisi persembahan baru bagus kalo sampe kita sakit itu salah n gak bener, menurut gw Tuhan gak mungkin mau menerima pengorbanan yang berasal dari rasa sakit hati kita.
DI Alkitab tertulis : "berikan dari apa yang kamu punya bukan dari yang kamu tidak punya", tertulis juga "berikan dengan rela hati" , "Roh Kudus roh yang mendatangkan damai dan ketertiban" seinget gw gak ada kata-kata di Alkitab yang menyatakan "persembahan yang berkenan dimata Tuhan adalah persembahan yang kita persembahkan sampai sakit dan berat hati"
Ingat kisah pasangan suami istri-Annanias - Safira- (Kis 5:1-11)yang berbohong kepada Petrus mengenai hasil penjualan tanah dan akhirnya meninggal karena berbohong ?, Petrus berkata ke pasangan tersebut,"tanah itu kalo gak dijual juga gak apa2, itu masih tanah kamu, kalau kamu jual pun, berapa besar yang kamu mau persembahkan terserah kamu, mau setengah mau full, yang penting kamu jangan mendustai Roh Kudus"
Artinya apa ? Persembahan yang diterima oleh Tuhan adalah persembahan yang kita kasih dengan suka ria dan penuh rasa syukur bukan dengan penuh rasa sakit
Gw mengajukan sebuah analogi Passion vs Berat hati, jika seseorang wirausaha yang sedang ngirit makan siang karena duitnya mau diputar ke usahanya, apakah itu disebut pengorbanan sampe sakit atau passion ? jika seorang ayah yang rela gak makan siang dan memberikan makan siang untuk anaknya karena gak punya duit, apakah itu pengorbanan sampe sakit atau passion ?
menurut saya semua contoh pengorbanan diatas adalah passion (hasrat), bapak tersebut rela tidak makan demi anaknya, usahawan rela gak makan demi usahanya, itu semua bukan pengorbanan sampe sakit, tapi itu semua adalah tindakan atas dasar passion !!
jadi sebuah pengorbanan dianggap sakit atau gak tergantung apakah ada passion atau tidak dihati,
Jika passion yang melandasi seluruh tindakan kita, rasa sakit atau tidak sudah tidak relevan lagi, besar atau kecil tindakan kita sudah tidak relevan, jika passion melandasi tindakan kita maka kita akan memberikan dengan rela hati dan penuh dengan ucapan syukur, Jika passion adalah dasar tindakan kita, mengorbankan nyawa kita pun kita pasti rela.
Passion yang dimaksud disini adalah Rasa cinta kita kepada Tuhan, yang mengejawantah atau yang berbentuk kedalam berbagai "beban" atau rasa keperdulian kita terhadap kejadian - kejadian di dunia ini.
Apakah Anda mempunya Passion yang sangat besar terhadap nasib anak2 jalanan yang terbuang, Anda mempunyai keperdulian yang sangat besat terhadap dunia pendidikan Indonesia,perduli terhadap nasib pengungsi bencana Alam,atau perduli terhadap dunia bisnis yang adil dan jujur, atau hal-hal lain yang mengkhawatirkan Anda
Didalam passion2 kita inilah kita akan bisa melakukan pengorbanan2 yang besar dengan rela hati dan pada akhirnya memuliakan nama Tuhan
Jangan paksa satu individu untuk melakukan pengorbanan yang besar yang seragam dengan orang lain, tiap individu telah ditugaskan dan dianugerahkan "beban - beban dan keperdulian yang berbeda didunia ini"
"Karena kita ini adalah buatan Allah diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik yang telah ditetapkan oleh Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup didalamNya karena kita ini buatan Allah" (Ef 2:10)
Persembahan yang baik tidak dilihat dari seberapa sakit atau berat hati kita dalam melakukannya tapi dilihat dari seberapa besar "passion" dan rela kita didalam melakukannya perbuatan besar atau kecil tidak relevan, karena "passion" lah yang menunjukkan sikap hati kita.
Semoga kita semua bisa menemukan "passion" didalam hidup kita dan menjalankan "passion" kita, "passion" yang sudah ditetapkan Allah sebelumnya supaya kita melakukan pekerjaan yang baik dan memuliakan nama Allah
GBU